1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa yang lain.
Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional.
Apabila dalam penentuan nilai hasil tes belajar itu digunakan acuan kriterium (menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada standar mutlak (standar absolute), artinya pemberian nilai pada siswa itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa, dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapatdicapai oleh siswa, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan benar.
Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau pada patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilaiyang diberikan kepada masing-masing individu siswa, mutlak ditentukan olehbesar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa yang bersangkutan.Itu lah sebabnya mengapa penentuan nlai dengan mengacu kepada kriterium sering disebut sebagai penentuan nilai secaramutlak (absolute) atau penentuan nilai secara individual.
Disamping itu karena penetuan nilai seorang siswa dilakukan denagan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini sering juga dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Sebagai contoh rumus yang dapat digunakan adalah:
Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal x 100
Nilai = skor mentah / skor maksimum ideal x 100
Selanjutnya nilai-nilai yang berhasil dicapai masing-masing siswa ditransfer atau diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan-patokan yang telah disepakati masing-masing lembaga/institute/universitas. Misalanya:
Nilai 85 keatas = A
Nilai 75 – 84 = B
Nilai 65 – 74 = C
Nilai 55 – 64 = D
Nilai dibawah 55 = E
Penilaian beracuan patokan, sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada tes-tes formatif, diamana guru ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta didiknya telah terbentuk, setelah mereka mengalami pengajaran dengan jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan PAP ini,guru dapat mengetahui beberapa orang siswa yang tingkat penguasaanya tinggi, sedang maupun rendah, maka guru tersebut akan dapat melakukan upaya-upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
Namun PAP ini jangan digunakan dalam pengolahan atau penentuan nilai hasil tes sumatif, seperti pada ulangan umum dalam rangka mengisi raport, atau pada ujian akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah maupun penentuan kelulusan seperti yang terjadi pada ujian akhir nasional yang banyak menuai kontroversi, karena penilaian acuan patoakan ini dalam penerapannya sama sekali tidak mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas) sehingga dikatakan kurang manusiawi, maka dengan penerapan penilaian patokan dalan tes sumatif bias menyebabkan sebagian besar siswa dinyatakan tidak naik kelas.Kelemahan lain adalah bahwa apabila butir-butir soal yang dikeluarkan terlalu sukar, maka siswa betapapun pandainya akan memperoleh nilai-nilai rendah, sedengkan jika butir-butir soal terlalu yang rendah, mahasiswa betapa bodohnyapun akan memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Dalam hubungan ini maka penilaian beracuan kriterium menggunakan standar mutlak itu sebaiknya diterapkan pada tes hasil belajar itu mengalami uji coba decara berulang kali dan telah memberikan bukti nyata bahwa tes tersebut sudah memliki sifat handal, baik dilihat dari segi realiabitasnya.
2. Penilaian acuan norma (PAN)
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semat–mata diambil dari kenyataan–kenyataan. Ada beberapa ciri-ciri dalam penilaian yang berbasis PAN antara lain:
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semat–mata diambil dari kenyataan–kenyataan. Ada beberapa ciri-ciri dalam penilaian yang berbasis PAN antara lain:
a. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.
b. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.
c. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
d. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.
e. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.
Pada dasarnya penilaian yang menggunakan acuan norna menggunakan kurva normal sebagai alat untuk membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing-masing siswa.Dengan demikian maka patokan dapat berubah-ubah dari kurva normal yang satu dengan kurva normal yang lainnya. Jadi jika hasil ujian siswa mendapatkan nilai yang baik maka patokanya pun juga ikut naik sebalikanya jika hasil ujiannya kurang baik maka patokan yang dipakai juga akan ikut turun. Dalam penerapan PAN penenpatan skor siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti.Namun demikian dalam penerapan PAN seringkali dianggap tidak adil dan membuat persaingan yang tidak sehat atar siawa.
Contoh acuan norma dalam menetukan nilai siswa.
Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang diperoleh dengan cara:
50/50×10=10
45/50×10=9,5
45/50×10=8
35/50×10=7
35/50×10=6
Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang diperoleh dengan cara:
50/50×10=10
45/50×10=9,5
45/50×10=8
35/50×10=7
35/50×10=6
3. Penilaian Acuan Gabungan (PAG)
- Gabungan antara PAP dan PAN.
- Diperlukan untuk butir soal yang memerlukan.
- Diperlukan untuk butir soal yang memerlukan syarat minimal penguasaan/kompetensi tertentu tetapi masih memberi penghargaan tingkat-tingkat nilai, seperti A untuk nilai terbaik dalam kelompoknya, dan seterusnya memberikan nilai B, C, dan D sesuai dengan prestasi yang dicapai siswa.
Langkah-langkah
- Tentukan terlebih dahulu persentase minimal penguasaan materi.
- Membuat kurva normal khusus bagi mereka yang sudah melampui batas minimal.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala sigma, dengan jarak masing-masing 1,5 S
A = +1,5 S sampai dengan +3,0 S
B = 0,0 S sampai dengan +1,5 S
C = -1,5 S sampai dengan 0,0 S
D = -3,0 S sampai dengan -1,5 S
- Tentukan terlebih dahulu persentase minimal penguasaan materi.
- Membuat kurva normal khusus bagi mereka yang sudah melampui batas minimal.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala.
- Kurva normal dibagi dalam 4 daerah skala sigma, dengan jarak masing-masing 1,5 S
A = +1,5 S sampai dengan +3,0 S
B = 0,0 S sampai dengan +1,5 S
C = -1,5 S sampai dengan 0,0 S
D = -3,0 S sampai dengan -1,5 S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar